Kampus Ilmu Hikmah

Himpunan Lengkap Tentang Doa, Artikel, Asma, Ajian, Puisi, Tips dan Trik, Seputar Blogger

Sekilas Riwayat GUNUNG JATI Bag II

PERTAMANAN GUNUNG SEMBUNG

Setelah beberapa tahun Raden Walangsungsang bersama adik dan istrinya berguru kepada Syekh Dzatul Kahfi di Pangguron Islam Gunung Jati serta dinyatakan telah memiliki keteguhan Iman, dia diperintahkan agar membuka hutan untuk dijadikan pendukuhan atau perkampungan. Hutan yang diperintahkan Syekh Dzatul Kahfi untuk dibabad itu berada di bagian Selatan Gunung Jati. Maka dengan semangat dan ketekunannya Raden Walangsungsang dapat menyelesaikannya dalam beberapa hari. Setelah selesai pendukuhan itu diberi nama TEGAL ALANG-ALANG dan Raden Walangsungsang dipilih sebagai Kepala Dukuh dengan gelar KI KUWU. Bersamaan dengan itu pula Raden Walangsungsang dijuluki PANGERAN CAKRABUANA.

Dengan bekal kearifan dan kerja sama yang baik dengan warganya dalam segala bidang, Pangeran Cakrabuana berhasil mempercepat laju perekonomian Tegal Alang-alang. Sehingga banyak pedagang asing dari beberapa bangsa yang berlainan warna kulit dan berbeda agama serta kepercayaan itu, maka banyak pendatang yang menamakan pendukuhan Tegal Alang-alang itu sebagai CARUBAN (pertautan). Disamping itu karena sebagian besar warganya bekerja sebagai pencari ikan dan membuat Petis dari Air Udang atau bahasa Sundanya CAI REBON, maka masyarakat menyebutnya juga CIREBON, sampai sekarang.

Ditengah kesibukkannya memimpin Pedukuhan Cirebon yang laju semakin pesat itu Pangeran Cakrabuana diperintahkan oleh Guru Syekh Dzatul Kahfi agar menunaikan Ibadah Haji bersama dengan adiknya Nyi Ratu Rarasantang. Sedangkan istrinya diperintahkan tinggal di rumah berkenaan dengan kandungannya yang sudah mendekati masanya. Sedangkan untuk mengganti kepemimpinan Penduduk Cirebon, beliau menunjuk Ki Pengalang Alang atau disebut juga Ki Danusela.
Dengan kapal dagang asing yang menuju ke tanah Arab, berangkatlah Pangeran Cakrabuana bersama adiknya Ratu Rarasantang.

Di Kota Suci Mekkah kedua kakak beradik itu bermukim beberapa bulan di rumah Syekh Bayanillah sambil menambah ilmu Agama Islam. Disinilah terjadi peristiwa penting, yaitu dinikahinya Ratu Rarasantang oleh seorang pembesar Kota Isma'iliyah bernama SYARIF ABDILLAH bin NURUL ALIM dari suku Bani Hasyim. Pada masa itu pusat Pemerintahan Islam berada di Turki (Istambul). Dan untuk lebih dekat dengan lingkungan, maka Syarif Abdillah mengganti nama Rarasantang dengan nama SYARIFAH MUDA'IM. Dari perkawinan itu kemudian dikaruniai dua orang putera, masing-masing SYARIF HIDAYATULLAH dan SYARIF NURULLAH.
Kurang lebih tiga bulan setelah kehadiran dua bayi keponakannya itu, Pangeran Cakrabuana berpamitan untuk kembali ke Tanah Jawa Caruban. Dalam perjalanan pulang itu Pangeran Cakrabuana singgah di negeri Cempe (wilayah Kampuchea) dengan maksud akan berguru pula, karena di sana ada seorang ulama asal dari Arab juga, yaitu SYEKH MAULANA IBRAHIM AKBAR
Tetapi tak berapa lama karena rindu akan bayi yang mungkin sudah lahir, Pangeran Cakrabuana meneruskan perjalanan pulang dengan disertai seorang puteri Cempa yang ingin berguru di Tanah Jawa, khususnya di Cirebon.

Sesampainya di Caruban sekitar tahun 1456, Pangeran Cakrabuana merasa kagum atas majunya Pendukuhan Caruban sepeninggalnya di Kota Mekkah, terutama pasaran produk petis dan terasinya yang telah banyak dikirim ke seluruh wilayah Pajajaran. Maka bersamaan dengan diserahkannya kembali jabatan Kuwu dari Ki Pengalang Arang kepada Pangeran Cakrabuana, Padukuhan Caruban ditingkatkan menjadi sebuah negeri dengan nama NAGARI CARUBAN LARANG, sekaligus membentuk pemerintahannya.
Karena baru pertama kali ada negeri yang menggunakan pola pemerintahan Islam di Wilayah Pajajaran, maka berita tentang jadinya Negari Caruban Larang begitu cepat terdengar dan mengejutkan negeri-negeri lainnya, bahkan sampai ke pusat Kerajaan Pajajaran. Kendati sedikit kurang berkenan di hati Prabu Siliwangi akan berdirinya negeri yang berhaluan Islam ini, namun karena pendirinya anak sendiri, maka sang prabu pun merestui pula. Bahkan dengan keberhasilan anaknya ini Sang Prabu memberinya gelar SRI MANGGANA pada saat meresmikan negeri itu. Kehadirannya memenuhi undangan Sang Putera itu disertai dengan Raden Jaka Sengara adik Pangeran Cakrabuana yang pada akhirnya menetap juga di Caruban karena tertarik akan Agama Islam.

Guna mengimbangi kemajuan Nagari Caruban yang kian pesat Pangeran Cakrabuana terus membenahi saran-saran pemerintahannya, untuk itu ia membangun Istana Negeri yang diberi nama Istana PAKUNGWATI, nama puterinya sendiri yang lahir ketika ia masih di Tanah Suci Mekkah. Selain itu untuk kunjungan tetapnya ke Syekh Dzatul Kahfi di Gunung Jati dibangun pula tempat peristirahatan atau Pertamanan GUNUNG SEMBUNG, terletak di sebelah Barat Gunung Jati. Di Pertamanan Gunung Sembung itu dilengkapi dengan kolam pemandian di bagian Selatan dan balai peristirahatannya. Dalam membangun Pertamanan ini Pangeran Cakrabuana teringat akan tanah pasir yang pernah ia injak di suatu daerah dalam perjalanan pulang dari Mekkah, yang membuat ia tertarik karena tanah pasir itu berwarna hitam berkilauan seperti celak mata, dan terdapat di daerah Malela bagian dari Cempa. Untuk itu ia mengutus beberapa orang yang dikawal oleh Nyi Ratu Cempa dengan sebuah perahu dagang guna mengangkut beberapa gunduk sekedar melapisi bagian bukit Pertamanan Gunung Sembung.

Hingga sekarang tanah pasir yang ada di puncak Gunung Sembung itu dinamai PASIR MALELA yang tidak boleh berpindah tempat atau terbawa sedikitpun. Bahkan telapak kaki juru kunci yang bertugas di sana juga harus membersihkannya setiap akan turun, dengan maksud agar tidak membawa pasir itu. Hal ini mungkin karena pada waktu mengangkutnya teramat susah dan banyak melibatkan pihak lain sehingga Pangeran Cakrabuana wanti-wanti kepada pengurusnya agar menjaga Pasir Malela ini.

Sebagaimana halnya Pangguron Gunung Jati, pada akhirnya Pertamanan Gunung Sembung pun dijadikan tempat kediaman terakhir atau pemakaman pendirinya Pangeran Cakrabuana dan juga segenap keturunannya sampai sekarang.
Jarak antara Gunung Jati dengan Gunung Sembung lebih kurang 200 meter, masih dalam wilayah Desa Astana.
Disitulah terdapat makam Sunan Gunung Jati yang setiap hari dijaga oleh 12 orang juru kunci berpakaian kain dan ikat kepala dengan tugas masing-masing sesuai dengan jenjang kepangkatannya. Secara umum mereka bertugas menjaga dan memelihara makam Sunan Gunung Jati berikut keturunannya serta benda-benda yang ada disekitarnya yang termasuk komplek pemakaman.

Wassalam.


0 Komentar untuk "Sekilas Riwayat GUNUNG JATI Bag II"

Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.

 
Copyright © 2014 - All Rights Reserved
Template By. Catatan Info